rbbox{border: 1px solid rgb(192, 192, 192);padding: 5px; background: #000 -color: #fff;-moz-border-radius:5px; margin:5px;} .rbbox:hover{background: #000 -color: #fffrgb(255, 255, 255);}

About Painting


        
Salah satu alasan sebagian orang enggan memulai belajar melukis dengan cat minyak karena harga perangkatnya yang cukup mahal (foto kiri). Kurang lebih Rp 750.000. Namun sebenarnya, kita bisa jauh menghemat dengan hanya bermodal Rp 75.000 saja! (foto sebelah kanan).

Perhatikan baik-baik:


1.Standar dibuat sendiri dengan kayu bekas. Ini sudah menghemat 300 ribuan, friend!

2.Palet pakai plastik tebal (mika) yang dibentang di atas kayu. Anda juga bisa pakai kaca bekas (gratiz...)
3.Cat minyaknya beli yang ukuran paling kecil (ngirit)
4.Kuas cukup 2 buah (kecil dan sedang). Sering-sering nyuci kuas yah...
5.Minyak cat bisa pakai minyak kayu putih :-) Tak pakai rotan akar pun jadi.
Selamat memulai melukis dengan cat minyak.



Subhanallah... inilah ciptan Allah, Sang Maha Pelukis...




Bagi para breaker ada istilah nama udara, bagi para penulis ada nama pena. 
Nama kanvasadalah nama bagi para pelukis.

Nama kanvas bisa dalam bentuk tulisan atau tanda tangan. Nama kanvas dalam bentuk tulisan biasanya menggunakan singkatan. Contohnya, pelukis asal Tegal yang bernama Imam Rosyidi menggunakan nama kanvas Imros. Pelukis Dedy Kusuma Wijaya menggunakan nama kanvas Dekuwi, dsb. 

Nama kanvas yang berbentuk tanda tangan, biasanya bukan tanda tangan resmi yang mereka pakai dalam KTP. Mereka menciptakan tanda tangan baru yang mudah dikenal. Maksudnya, tanda tangannya seperti tulisan yang dapat dibaca.

Bicara nama kanvas, banyak oknum yang memanfaatkannya dengan tidak benar. Mereka mempelajari gaya penulisan nama kanvas pelukis-pelukis terkenal, kemudian membubuhkannya pada lukisan biasa. Dengan cara ini mereka mengeruk keuntungan berlipat ganda. Tentu saja cara ini tidak terpuji.

Bagi anda yang mau membeli lukisan karya pelukis ternama, berhati-hatilah.


Lukisan Naturalis yang Berdampak Mahal
Masjid yang terletak di samping sawah, dengan background air terjun membawa suasana hati tenteram. Lukisan ini saya dapatkan di taman wisata Panorama - Bukit Tinggi. Di tempat ini banyak mangkal lukisan aliran naturalisme. Ini bukan lukisan mahal, tapi lukisan yang berdampak sangat mahal.


Mengapa saya lebih memilih lukisan aliran naturalisme jenis pemandangan alam? Inilah 5 alasan saya:
1. Sejuk, enak dipandang dan tidak membosankan
Daerah Puncak - Bogor macet setiap akhir pekan tidak lain karena banyak yang ingin menikmati wisata alam Bogor yang indah. Bagi saya, "berpelukan" dengan lukisan pemandangan alam lebih asyik ketimbang bertamsya ke Puncak.

2. Mengingatkan akan kebesaran Allah SWT
Alam semesta adalah ciptaan Allah sang Maha Pelukis (Al Mushowwir). Lukisan aliran naturalisme pemandangan alam dapat mengantar kita kepada tafakur pada Sang Maha Pelulkis itu.

3. Mudah mendapatkannya dan mudah membuatnya
Ini paling banyak dijumpai di toko-toko lukisan. Cara membuatnya pun mudah karena tidak harus mirip dengan aslinya. Melukis wajah jauh lebih sulit, karena sedikit saja hidungnya menceng, pemesan akan marah-marah.

4. Pantas dipajang di mana saja
Selain lukisan jenis pemandangan alam (lukisan ikan koi misalnya), sebagian orang ada yang menerapkan aturan-aturan tertentu untuk memajangnya. Misalnya, arah ikan harus menghadap ke dalam rumah dsb, sehingga tembok sebelah kanan (misalnya) tidak dapat ditempati oleh lukisan tersebut karena tidak memenuhi syarat.

5. Aman. 
Ada hadits yang melarang melukis makhluk bernyawa. Karena itu, lukisan aliran naturalisme jenis pemandangan alam adalah lukisan yang aman. Wallahu a'lam




Lukisan aliran gagiyanisme ternyata dijual dengan harga yang berlipat-lipat di tangan pebisnis lukisan yang kreatif. Mereka memberi bingkai yang sangat bagus, sehingga kesan gagiyanismenya hilang. Tentu saja pangsa pasarnya adalah penggemar lukisan yang tidak terlalu tahu tentang lukisan.

Bingkai yang bagus... itulah kunci keberhasilan berbisnis lukisan aliran gagiyanisme. Suatu saat, nanti akan saya kasih contoh lukisannya. Mereka biasanya membuat dalam ukuran 120x60 cm. Obyek lukisan rata-rata pemandangan alam. Hutan, sungai, danau, sawah, laut... persis seperti lukisan aliran naturallisme.



Saya rasa anda sudah tahu tentang aliran-aliran dalam lukisan. Ada lukisan aliran Naturalisme, Ekspresionisme, Realisme, Kubisme dll. Ada lagi aliran GAGIYANISME... anda belum tahu, kan?

Begini...
Untuk melukis sebuah pemandangan alam dalam kanvas 60x120 cm, dibutuhkan waktu kurang lebih satu bulan. Ini yang biasa dialami Pak Gino, tokoh pelukis Naturalisme asal Bogor. Hasil lukisannya laku antara sepuluh hingga lima puluh juta. Satu bulan... untuk satu lukisan!

Nah, di Bandung ada banyak orang yang bisa melukis cepat. Mereka mulukis objek yang sama dalam jumlah belasan secara masal. Tentu saja harga lukisannya juga sangat murah. Ya, satu hari... dapat belasan lukisan.

Itulah para pelukis yang sebenarnya lebih pas diberi gelar Expressionisme (melukis dengan express, kaya kereta api). Dalam basa Tegal Gagiyanisme (gagiyan berarti cepetan). Saya paling menyukai lukisan aliran naturalisme, tapi saya paling mengagumi pelukis aliran gagiyanisme itu. Sayangnya, para pelukis Gagiyanisme kurang mendapatkan penghargaan yang layak sebagai seorang seniman.




Ini cerita tentang pelukis zaman baheula. Kisah fiksi...

Pada zaman dahulu ada seorang raja, raja itu cacat, dia hanya mempunyai mata satu. 
Pada saat ulang tahunnya dia meminta pada pengawalnya untuk dicarikan para pelukis yang handal. Setelah didapatnya para pelukis itu, disuruhlah dia untuk melukis wajah sang raja.

Pelukis yang pertama, dia melukis raja apa adanya, dibuatnya pada kanvas seorang raja yang mempunyai mata satu, raja marah karena tidak terima, maka dibunuhlah pelukis itu.

Pelukis yang kedua, dia melukis raja itu dari samping, sehingga raja tidak kelihatan cacatnya, tapi raja tetap marah, lalu dibunuhnya lagi pelukis itu.

Pelukis yang ketiga, dia sudah sangat ketakutan, tetapi dia punya ide yang cemerlang, sedikit demi sedikit dia menyelesaikan lukisannya, raja sangat senag akan lukisannya, karena dia melukis raja dengan pose raja sedang menembak!

Pintar juga yah pelukis ketiga itu... 

Tag : lukisan aliran naturalismetentang pelukis, kisah pelukis



Humor Tentang Lukisan
Pagi ini saya melakukan bolg walking dengan kata kunci "Tentang Lukisan". Ketemu humor ini di gudanghumor.com. Lumayan lah, untuk refreshing...

Ada seorang pelukis terkenal di dunia. Dalam karir utamanya, dia mulai kehilangan penglihatannya. Takut bahwa ia akan kehilangan hidupnya sebagai pelukis, ia pergi menemui ahli bedah mata terbaik di dunia.
Setelah beberapa minggu melakukan operasi halus dan terapi, penglihatannya dipulihkan. pelukis itu begitu bersyukur dan dia memutuskan untuk menunjukkan rasa terima kasihnya dengan mengecat kantor dokter. Sebagian karyanya termasuk lukisan mata raksasa pada satu dinding.

Ketika ia telah menyelesaikan pekerjaannya, dia mengadakan konferensi pers untuk mengungkap pekerjaan seni terbarunya: kantor dokter. Selama konferensi pers, seorang reporter melihat mata di dinding, dan bertanya kepada dokter, “Apa reaksi pertama Anda saat melihat kantor Anda yang baru dicat, terutama lukisan mata yang besar di dinding?”

Dokter mata itu menjawab, “Saya berkata kepada diri sendiri , syukurlah aku bukan seorang dokter spesialis kelamin."



Gradasi Warna, Ciri Khas Lukisan Aliran Naturalisme

Dalam lukisan aliran naturalisme, ciri khas yang paling menonjol adalah teknik gradasi warna. Gradasi warna adalah penggunaan sebuah warna yang tersusun dari warna yang lebih tua sampai ke yang lebih muda. Atau dari yang gelap hingga terang.

Hal ini karena dalam aliran naturalisme sangat memperhatikan keaslian alam. Karenanya, posisi datangnya sinar matahari harus diperhatikan. Posisi sinar inilah yang menyebabkan adanya bagian gelap dan terang (gradasi warna). Bagian yang mengarah ke sinar akan diberi warna lebih terang dibanding bagian yang tidak terkena sinar.

Teknik gradasi diberikan saat pertama belajar melukis naturalis. Sangat menarik.
Selamat datang di Wafiqah's Blog




"Pak, kok nggak ikut pameran lukisan?" demikian pertanyaan saya pada Pak Gino yang sedang asyik melukis.
"Saya nggak punya stock lukisan, Pak" jawabnya.
"Kenapa nggak nyetok saja?" tanyaku lagi.
"Lukisan saya biasanya laku sebelum jadi, bagaimana bisa ngumpulin stock?"
"Ha....!"

Betul, beliau adalah pelukis senior yang beraliran naturalisme asal Bogor. Lukisan-lukisannya amat bagus. Beliau menerima pesanan dari para pelanggan. Kalaupun beliau melukis lepas (bukan menggarap pesanan), lukisan tersebut dibooking orang sebelum jadi. Beliau adalah salah satu guru lukis saya.



Jenis lukisan yang paling saya sukai adalah Lukisan Aliran Naturalisme. Salah satu contohnya adalah lukisan pemandangan alam. Lukisan ini membawa kesejukan tersendiri. Lukisan aliran naturalisme jenis ini cocok dipajang di mana pun. Di ruang tamu, ruang makan, ruang dapur, di rumah makan.

Sesuai dengan namanya, aliran naturalisme adalah aliran yang mengedepankan sifat alam. Pilihan warna benar-benar disesuaikan dengan warna yang ada di alam. Pelukis aliran ini akan memberi warna hijau pada dedaunan. Pelukis aliran lain, bisa jadi dengan warna lainnya yang tidak sesuai alam.

Gelap terang object lukisan juga diperhitungkan dengan keadaan alam, yaitu arah sinar matahari.
Melukis pemandangan alam tingkat kesulitannya tidak setinggi melukis wajah. Inilah yang saya ketahui tentang lukisan aliran naturalisme.




Berikut adalah contoh kedua lukisan aliran naturalisme karya Raden Saleh
Seperti sungguhan bukan? 




Raden Saleh adalah salah seorang yang menekuni lukisan aliran naturalisme. Ada kisah menarik tentang Raden Saleh. Saya dengar cerita ini beberapa tahun silam, saat saya masih SD.

Begini ceritanya:
Raden Saleh pernah belajar melukis di Belanda. Gurunya juga aliran naturalisme, suka melukis pemandangan. Saking bagusnya lukisan sang guru, hingga ada kupu-kupu yang hinggap di lukisannya. Sang guru Belanda itu dengan bangga mengatakan: "Ini lho, lukisan orang Belanda... saking bagusnya sampai kupu-kupu pun tertipu : mengira itu bunga beneran."

Semenjak peristiwa itu, Raden Saleh beberapa hari tidak masuk kelas. Gurunya sangat khawatir. Sepulang mengajar, dia pergi ke rumah Raden Saleh untuk menengok muridnya. Sesampai di rumah, sang Guru mengetuk pintu beberapa kali tapi tidak ada sahutan. Guru semakin cemas, akhirnya ia memutuskan untuk mendobrak pintu rumah Raden Saleh.

Braaak... saat pintu terbuka, Sang Guru berteriak kaget melihat Raden Saleh tergeletak berlumuran darah di lantai. Beberapa saat kemudian, sang murid keluar dari kamarnya dan mengatakan: "Inilah lukisan orang Indonesia... saking bagusnya, bisa menipu manusia :)". Itulah lukisan Radeh Saleh... sebuah lukisan aliran naturalisme kelas wahid.



Itulah sedikit ulasan dari saya mengenai Lukisan Aliran Naturalisme..
Sampai jumpa di postingan berikutnya yah.. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar